Loningkito81/Fotokita.net
Kaget, geli, atau tertawa adalah sebagian respons yang normal pada saat seseorang tergelitik. Ternyata, respons terhadap gelitikan juga merupakan pelajaran awal untuk mempertahankan diri kita. Bagaimana bisa?
Pada 1984, seorang psikiater dari University of Iowa, Donald Black, mencatat bahwa banyak bagian tubuh yang merupakan titik lemah dalam perkelahian, seperti leher dan rusuk. Menurut Black, titik-titik tersebut juga merupakan bagian yang ingin kita lindungi saat digelitik. Sehingga, saat kita masih anak-anak dan suka saling menggelitik, kita sebenarnya belajar secara alamiah untuk melatih refleks dan melatih kemampuan mempertahankan diri.
Beberapa ilmuwan juga menyatakan saling menggelitik merupakan upaya membangun ikatan persahabatan atau kekeluargaan. Orang tidak bisa merasa geli ketika menggelitik diri sendiri. Meskipun bisa menggelitik orang asing, tapi nyaris tidak mungkin dilakukan karena bakal dianggap aneh.
Robert R Provine, ahli syaraf dari University of Maryland dan pengarang buku Laughter: A Scientific Investigation, menyatakan menggelitik adalah bagian dari mekanisme ikatan sosial antar kawan serta membantu membentuk hubungan antara anggota keluarga.
Orangtua menggelitik bayinya selama si bayi merespons dengan tertawa. Namun saat bayi merasa terganggu, mereka akan berhenti menggelitik. “Ini adalah salah satu bentuk awal komunikasi antara bayi dan pengasuhnya,” ujar Provine.
Sumber: Pop Science
Tidak ada komentar:
Posting Komentar